Doa dan Penanda Zaman dari Ammir Gita & Suku Cahaya Ensemble

  • Posted on Thu, 26-Jun-25

Jakara, 19 Juni 2025 - Dalam mitologi Jawa, Semar adalah punakawan pelindung, pengasuh, sekaligus pengingat. Sosok yang tidak haus kuasa, tidak mencari pengikut, dan tidak mengabdi pada kebohongan. Di era modern yang penuh hiruk-pikuk informasi, krisis nilai, dan pencitraan tanpa isi, Semar adalah sosok yang kita rindukan: influencer nurani, yang bicara jujur, kritis tanpa membenci, dan hadir tanpa pamrih.

 

Di tengah tarik-menarik antara modernitas dan akar tradisi, komposer Ammir Gita bersama Suku Cahaya Ensemble mempersembahkan SEMAR, sebuah karya lintas dimensi dan seruan spiritual. Semar digambarkan sebagai suara hati yang bisa lahir kembali di jalanan, media sosial, hingga percakapan batin. “Kita sedang kehilangan banyak hal. Tapi yang paling berbahaya adalah kehilangan arah. Dan Semar hadir untuk menunjukkan jalan kembali,” ujar Ammir.

 

Musik SEMAR merangkai elemen world music, ambient, jazz rock, dan kidung sakral yang menjadi perjalanan spiritual yang kontemplatif. SEMAR sudah dapat dinikmati di berbagai digital streaming platform mulai 20 Juni 2025.

 

Karya ini melibatkan kolaborator Sujiwo Tejo sebagai dalang/narator penuh filosofi; Sita Nursanti, sinden pembawa pujian untuk Dewi Sri; Sandhidea C.N, penari yang menerjemahkan Semar dalam gerak sakral; dan Wisnu Ikhsantama, mixing & master engineer.

 

Suku Cahaya Ensemble juga diperkuat oleh: Mas Downey Angkiry, maestro kendang dan instrumen Nusantara; Yudhis Mahendra, gitaris dengan distorsi meditatif; serta Achi Hardjakusumah, pemain biola pemenang AMI Awards yang merajut harmoni dalam nada klasik.

 

SEMAR merupakan bagian pertama dari seri karya Suku Cahaya Ensemble yang bertujuan menghidupkan kembali mitologi Nusantara melalui ekspresi musikal kontemporer. Karya ini akan dibawa ke panggung dunia lewat festival musik di Jepang, Korea, dan Indonesia sepanjang 2025–2026.